Curhat berujung melarat!

“Everything you post on social media impacts your personal brand. So, how do you want to be known?

Ialah Florence Sihombing. Ada yang belum mengetahui siapa itu Florence Sihombing? Seriously?! Oh my God, hellow! Kemana aja yang pada ngga tau. Hehe. Apabila kita berbicara mengenai kasus media sosial yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan, maka jawabannya adalah Florence Sihombing. Anyway, siapa ya Florence Sihombing itu sesungguhnya? Mengapa semua orang mengetahui dan mengenal sosok gadis berdarah batak ini? Belakangan, Florence ibarat artis dadakan yang wajahnya selalu muncul di layar Televisi. Apakah karena dia cantik? Hmmm, relatif sih. Berbakat? Mungkin. Pintar? Bisa jadi. Jujur? Entahlah. Lalu, apabila salah satu option diatas belum terpenuhi dan belum pasti, lantas mengapa ia menjadi sorotan publik, ya? Dan mengejutkannya lagi, ia mencemarkan nama baik salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia yang juga tempat Florence menimba ilmu hingga saat ini.

Nah, sebelumnya bagi kalian para vadears (Eva’s readers) yang belum mengetahui siapa Florence Sihombing sebenarnya, lets’s check this out!


Florence Sihombing
Florence Sihombing -atau yang akrab dipanggil Flo- merupakan seorang mahasiswi Pascasarjana di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Vadears pasti tahu dong UGM itu kerennya seperti apa?! Semua orang berbondong-bondong, bersusah payah, bahkan bersakit-sakitan untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi nomor satu di Indonesia ini. Lalu, dosa besar apa yang telah diperbuat oleh wanita berdarah batak ini sehingga ia bisa menjadi sorotan publik sekaligus mencemarkan nama baik Universitas Gadjah Mada?

Singkat cerita, Florence yang sedang mengisi bahan bakar motornya di salah satu SPBU di Yogyakarta tiba-tiba masuk ke area mobil yang seharusnya tidak boleh dimasuki oleh kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan panjangnya antrean kendaraan sepeda motor karena pembatasan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Melihat panjangnya antrean kendaraan sepeda motor, Florence pun mengarahkan sepeda motornya ke arah pengisian bahan bakar kendaraan mobil. Akhirnya, Flo pun terkena teguran dari para petugas SPBU bahkan sampai melibatkan tentara yang ada disana. Flo yang marah, kesal, dan kecewa akhirnya melampiaskan emosinya di media sosial “path” miliknya. Ia memaki warga Yogyakarta miskin, tolol, dan tak berbudaya dan ia pun mengajak masyarakat untuk tidak datang ke kota Yogyakarta.

Media sosial yang notabene adalah ibarat  “catatan harian” masyarakat yang digunakan untuk mencurahkan seluruh kejadian, uneg-uneg, curahan hati, dan sebagainya ternyata bisa berubah menjadi "pisau bermata dua" apabila digunakan secara tidak baik. Mengapa disebut seperti pisau bermata dua? Ini dia alasannya. Disatu sisi ia bisa melambungkan dan membuat tenar nama seseorang -jika vadears menggunakan media sosial secara positif- namun disisi lain ia juga bisa menjatuhkan seseorang -jika vadears menggunakan media sosial secara negatif-. Nah, hal negatif inilah yang mampu mengakibatkan masyarakat, termasuk Flo, menghabiskan waktunya di balik jeruji besi akibat salah dalam menggunakan media sosial.

curhatan Flo di Path-nya
Menurut vadears, salahkah tindakan yang dilakukan oleh Flo ini? Salahkah apabila masyarakat mencurahkan isi hatinya di media sosial tanpa harus mengindahkan norma-norma maupun kesopanan yang ada? Apalagi semua manusia pasti memiliki keyakinan bahwa tidak pantas untuk mencaci-maki seseorang atau sebuah kota yang belum tentu sesuai dengan realitas yang terjadi, apalagi didalam ruang publik yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat.

Pepatah yang mengatakan “mulutmu, harimaumu” sangatlah cocok untuk menggambarkan sikap Flo seperti apa. Setiap ucapan, perkataan, maupun pikiran kita mampu menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya. Begitu pula Flo, kita bisa melihat bagaimana karakter Flo yang sesungguhnya dari apa yang ia share lewat kata-kata di Path-nya. Sesungguhnya, tidak pernah salah bagi semua orang untuk mencurahkan segala isi hatinya di media sosial, namun alangkah lebih baik apabila kita, terutama seorang mahasiswa, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tata krama atau kesopanan dan aware dengan resiko yang ditanggung dari penggunaan media sosial secara negatif. Meskipun media sosial memudahkan kita untuk berbagi, namun jangan salahgunakan wadah tersebut untuk menjelek-jelekkan orang lain apalagi menyangkut harga diri seseorang.

Namun entah mengapa, kekecewaan terhadap aparat penegak hukum sempat merasuki pikiran saya sesaat. Mengapa? Tahu Ratu Atut Choisyiah, kan? Itu loh, Gubernur Banten yang melakukan korupsi sampai triliyunan rupiah! Bayangkan saja, Atut hanya divonis hukuman selama empat tahun penjara. Apabila dibandingkan, Flo ditahan enam tahun atas ucapannya yang tidak sopan, dan Atut yang korupsi triliyunan rupiah hanya ditahan empat tahun penjara. Padahal yang sangat merugikan masyarakat adalah korupsi yang dilakukan Atut di Provinsi Banten. Adakah keadilan disini?

Justice for all? Is it true? You answer! Yes, you who look at your computer right now. Hehe.

Keadilan memang masih menjadi angan-angan belaka bagi masyarakat Indonesia. Masih akan sangat sulit untuk bisa menemukan keadilan dan kesetaraan di Indonesia. Semua orang, siapapun dia, dengan latar belakang apapun dan jabatan apapun, semuanya sama dimata hukum. Itulah "essence" dari keadilan yang sebenarnya. Dan sejujurnya, memang agak berlebihan ketika Flo akan divonis 6 tahun penjara. Yunarto Wijaya, seorang pengamat politik dan media sosial, mengatakan bahwa sudah menjadi sebuah tradisi ketika seseorang yang mencaci maki orang lain melalui media sosial, pasti akan dicaci pula di media sosial itu sendiri. Jadi, ada sanksi sosial yang akan didapatkan ketika seseorang melakukan tindakan yang mencemarkan nama baik orang lain di media sosial.

Nah, dibawah ini adalah situs berita online Daily Mail yang memuat berita mengenai sikap Florence mengenai perkataan yang ia ucapkan di media sosial. Berikut adalah link yang bisa vadears kunjungi untuk membaca berita selengkapnya : http://www.dailymail.co.uk/news/article-2740313/Indonesian-student-six-years-jail-calling-city-stupid-social-media.html

Jujur, aneh rasanya ketika melihat berita seperti ini ada dalam salah satu surat kabar Inggris, Daily Mail. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa bahwa kasus Florence ini mampu mengalahkan kasus MH-17 yang sampai saat ini belum selesai dituntaskan? Bagaimana bisa kasus Florence ini bisa melupakan kasus ISIS yang meresahkan banyak masyarakat luas? Bagaimana bisa kasus Obor Rakyat bisa dilupakan begitu saja? Mungkin karena masyarakat  sudah bosan dan lelah menerima informasi mengenai berita yang itu-itu saja dan yang hingga kini belum menemukan titik terang. Belum lagi kasus RUU Pilkada yang semakin membodohi moral masyarakat Indonesia.

Lalu, bagaimana ya caranya agar kita mampu menggunakan dan me 'manage' media sosial secara efektif dan usefully?

Idealnya adalah ketika masyarakat bertanggung jawab atas kebebasan dan kemudahan yang telah disediakan oleh kemajuan zaman kepada kita. Disaat teknologi dan alat-alat semakin canggih, maka otak kita juga harus mengikuti kecanggihan itu sendiri. Jangan lemot, pasif, dan takut. Namun, kita harus terus aktif dan cepat memberi respon. Kitalah yang harus menaklukkan teknologi tersebut, bukan teknologi yang menaklukkan kita. Sebagai masyarakat yang cerdas, media sosial haruslah kita gunakan untuk mencari hal-hal yang positif. Contohnya, kita bisa mencari banyak informasi mengenai lowongan pekerjaan, event-event menarik, konser, buku-buku rekomendasi, film terbaru, beasiswa luar negeri, dan masih banyak hal-hal positif lainnya yang bisa vadears cari melalui media sosial.

Dari kejadian ini, dapat kita petik beberapa pelajaran, yakni sejak manusia dilahirkan, mereka telah mendapat hak dan kewajibannya masing-masing, termasuk hak untuk mengeluarkan pendapat. Hal inilah yang perlu di garis bawahi, bahwa ketika kita diberikan kebebasan untuk menyatakan pendapat, gunakanlah hak tersebut sebaik mungkin, semaksimal mungkin, dan seefisien mungkin dan jangan lupa... TANGGUNG JAWAB. Inilah yang sangat penting dalam bermedia sosial. ketika kebebasan semakin dijunjung tinggi, maka semakin tinggi pula tanggung jawab yang kita emban.

Selain itu, vadears juga tidak boleh lupa bahwa media sosial adalah RUANG PUBLIK dimana semua orang mampu mengaksesnya dengan mudah. Oleh karena itu, berhati-hatilah menggunakan media sosial dan gunakanlah media sosial itu untuk berbagi kebahagiaan, kabar baik, serta menyebarkannya dengan kata-kata mendidik dan hangat. Sopanlah, maka kehidupan akan sopan dalam melayani anda. How do you want to be known from social media, it impacts your personal brand. So, be smart to use your social media! :) 



Cheers!
EV

Comments

  1. Very nice writing! Sapaan buat pembaca blog kamu lucu juga, hehe.. itu namanya sudah bisa engage audience. Cool!

    ReplyDelete
  2. Wuaaah makasi banyak kaaaa :") Padahal aku ngerasa nama pembacanya agak alay gitu. Hehehe. Thx once again ka!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts