If I meant to be, then I will be!
Honestly, kebingungan dan ketakutan masih mengitari pikiranku hingga saat ini. Jurusan yang sudah aku geluti hingga semester dua ini masih meninggalkan tanda tanya besar bagiku. Mengapa tidak? Prospek pekerjaan di masa depan masih membingungkan. Waktu aku bertanya pada mama, ia hanya mengatakan agar aku menjadi PNS. What?! PNS?! Itu terlalu mainstream. Ngga asik!
Sekedar flashback, aku adalah siswi di salah satu Sekolah Menengah Industri Pariwisata Internasional di Jakarta. Idealnya, setelah lulus banyak siswa/i sekolahku yang langsung bekerja di travel-travel tempat mereka training sebelumnya. Dan kebetulan travel dimana aku menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk trainingpun memintaku untuk bekerja disana setelah lulus. Dan entah mengapa, aku belum bisa meng'iya'kan permintaan HRD travel tersebut, padahal aku sudah bisa menjadi pegawai tetap disana. Ketika aku bertanya pada mama dan papa, mereka mengatakan padaku untuk melanjutkan studiku ke perguruan tinggi. Negeri pula! Kalau mau masuk PTN kan harus dari SMA, sedangkan aku tidak pernah mempelajari pelajaran-pelajaran yang ada di SMA.
Akhirnya, aku putuskan untuk mencoba di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung dan kebetulan sekolah ini negeri. Setelah mencari tahu persyaratannya, ternyata aku harus tinggal disana selama 3 hari, karena ada serangkaian tes yang harus aku ikuti disana. Dan akhirnya, mama dan papa mengantarku kesana dan aku menginap di asrama STP tersebut. Sebelum aku berangkat ke Bandung, sekolahku mengadakan wisuda tahunan. Entah ada angin apa, wali kelasku Maam Ari memanggilku dan bertanya mengenai bagaimana rencanaku kedepan. Setelah aku mengatakan akan mencoba di STP Bandung, Maam Ari terkejut. Loh, aku jadi bingung. "Ada apa ini?", pikirku. Maam Ari mengatakan apabila aku diterima, harus baik-baik disana. Jangan macam-macam, pintar memilih teman dan jangan terjerumus pada hal-hal yang negatif. What? What's happening actually? Aku sempat bingung dengan perkataan Maam Ari saat itu.
Nah, akhirnya tibalah saat aku tes di Bandung. Dengan diiringi doa dari mama dan papa, aku percaya diri dan akan melakukan yang terbaik. Pas hari kedua tes, aku makan malam bersama temanku diluar STP Bandung. Yang membuat aku terkejut adalah, ada sebuah mobil keluar dari STP Bandung dengan banyaknya mahasiswa/i didalam mobil tersebut berteriak-teriak dan menyalakan lagu-lagu barat dengan sangat kencang. Sontak akupun langsung berpikir keras. Sekolah inikan Internasional, mana mungkin ada mahasiswa/i seperti itu disini. Akreditasinyapun A. Akkkkhhhh. Benar-benar membingungkan!
Setelah serangkaian tes kuikuti, akupun pulang kerumah bersama temanku Echa. Akupun berdoa pada Tuhan agar Ia memberikan rencanaNya yang terbaik bagiku. Tibalah saat-saat yang ditunggu. Aku membuka website resmi STP Bandung dan betapa terkejutnya aku bahwa aku tidak diterima. Padahal saat aku tes wawancara, para dosen-dosennya mengatakan bahwa mereka sangat puas dengan jawaban yang aku berikan, bahkan mereka mengatakan seperti ini "I really hope that I'll see you in my class. I'm sure. Can't wait to see you", kata salah satu dosen.
God, how could it be like this? Aku sangat sedih saat itu. Setelah itu, papa mengatakan bahwa aku tidak boleh bersedih, aku harus mencoba lagi dan lagi. Tuhan akan memberikan yang terbaik disaat yang tepat. Lalu akupun tidak patah semangat. Setelah berselang beberapa hari, papa menyarankan agar aku mengikuti tes SBMPTN. Aku sebenarnya ragu akan hal ini, karena aku bukanlah anak SMA dan aku tidak mengerti pelajaran SMA. Gimana ini??? Akhirnya akupun belajar dari buku kakakku yang memang anak SMA. Lalu, tibalah saat dimana aku akan melakukan tes. Sejujurnya aku tidak memiliki passion untuk mengikuti SBMPTN ini. Lalu saat pengumumanpun, aku tidak begitu excited. Yang excited malah mama -__-
Dan betul, aku tidak diterima. Again??? Ah, whatever! Akupun semakin malas untuk melanjutkan sekolahku ke universitas. Memang sih, aku tidak begitu tertarik untuk masuk PTN. Bagiku sama saja antara PTN maupun PTS. Semua kan tergantung diri kita sendiri. Yakan? Dan entah mengapa, teman-temanku yang mengikuti SBMPTN pun tidak ada yang diterima. Temanku mengatakan hal ini disebabkan karena kami adalah lulusan SMIP yang sudah siap untuk bekerja. Bukan melanjutkan ke PTN. Lalu, papa kembali menyarankan untuk mencoba PTS. Aduuuh, orang batak memang sangat ketat terhadap pendidikan. Awalnya mama menyarankan untuk mencoba Univ. Pelita Harapan (UPH), namun aku menolaknya karena alasan biaya. Tahukan biaya kuliah di UPH mahal bingits? Lalu, kakak menyuruhku untuk mencoba scholarship. Setelah searching-searching di mbah gugel aka Google, akupun memutuskan untuk mencoba University of New South Wales di Aussie, tepatnya Sydney. Namun kali ini papa tidak mengizinkanku untuk bersekolah di luar negeri karena faktor keamanan. Haduh...
Akhirnya, papa menyarankan untuk mencoba PTS di bilangan Jakarta Selatan. Jurusannya tinggal aku yang pilih, kata papa. Ok, aku akan mencoba. Lalu setelah memutuskan untuk mengambil Ilmu Komunikasi, aku berusaha agar kali ini aku diterima. Puji Tuhan, namaku ada dalam 30 list mahasiswa/i yang diterima. Dan saat itu pun aku bertekad untuk menjadi lulusan terbaik nantinya. Amin! Uang kuliah yang mahal, ongkos yang tidak sedikit, dan berbagai alasan lain membuatku bertekad untuk membayar semuanya dengan nilai yang bagus saat aku berkuliah disini.
Dan puji Tuhan, Ia mendengar doaku. Aku berhasil mendapatkan nilai yang menurutku LUAR BIASA saat semester 1 dan LUAR BIASA juga saat semester 2. Dan luar biasanya lagi, aku mendapatkan beasiswa. Horeeeee! Selain itu, aku juga menjadi suka menulis, membaca koran, tahu mengenai politik dan hukum, dan sederet kosakata positif lainnya. Hehehe. Akupun bertekad untuk terus berprestasi di universitas ini. Tapi parahnya, aku sekarang sudah lupa mengenai pelajaran yang aku pelajari di SMIP dulu :( Padahal susahnya minta ampun. Issue ticket, membuat tour package, dan guiding perlahan-lahan memudar dari otakku. Namun, tak apalah. Ketika Tuhan sudah memberikan rancangan dan jalanNya, Ia pasti akan memberikan yang terbaik. Aku percaya, semua orang memiliki porsi talenta dan kepintarannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menjalankannya, berusaha, dan berdoa.
Ya, awalnya aku memang bingung saat menentukan prospek kerjaku kedepannya. Namun aku yakin dan percaya, bahwa Tuhan akan MELUKISKAN masa depan yang terbaik bagiku. Seperti yang papa pernah bilang, kalau orang lain bisa pintar kenapa aku tidak? kalau orang lain hanya belajar sekali atau dua kali, aku harus tiga kali supaya bisa pintar. Mengapa tidak? Papa juga bilang bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik di saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Yaaa, intinya sih kita harus terus berusaha dan tidak pantang menyerah. Jangan putus asa dan serahkan hasilnya pada Tuhan. Isn't it?
Okeeeee, sekian yang dapat aku ceritakan. Oiya, yang dikatakan papaku tadi menjadi quotes dan peganganku hingga saat ini loh. Hohohoho. Tetap mencoba dan jangan pernah menyerah, because if you meant to be, then you will be!
Salam Sukses!
EV
Sekedar flashback, aku adalah siswi di salah satu Sekolah Menengah Industri Pariwisata Internasional di Jakarta. Idealnya, setelah lulus banyak siswa/i sekolahku yang langsung bekerja di travel-travel tempat mereka training sebelumnya. Dan kebetulan travel dimana aku menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk trainingpun memintaku untuk bekerja disana setelah lulus. Dan entah mengapa, aku belum bisa meng'iya'kan permintaan HRD travel tersebut, padahal aku sudah bisa menjadi pegawai tetap disana. Ketika aku bertanya pada mama dan papa, mereka mengatakan padaku untuk melanjutkan studiku ke perguruan tinggi. Negeri pula! Kalau mau masuk PTN kan harus dari SMA, sedangkan aku tidak pernah mempelajari pelajaran-pelajaran yang ada di SMA.
Akhirnya, aku putuskan untuk mencoba di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung dan kebetulan sekolah ini negeri. Setelah mencari tahu persyaratannya, ternyata aku harus tinggal disana selama 3 hari, karena ada serangkaian tes yang harus aku ikuti disana. Dan akhirnya, mama dan papa mengantarku kesana dan aku menginap di asrama STP tersebut. Sebelum aku berangkat ke Bandung, sekolahku mengadakan wisuda tahunan. Entah ada angin apa, wali kelasku Maam Ari memanggilku dan bertanya mengenai bagaimana rencanaku kedepan. Setelah aku mengatakan akan mencoba di STP Bandung, Maam Ari terkejut. Loh, aku jadi bingung. "Ada apa ini?", pikirku. Maam Ari mengatakan apabila aku diterima, harus baik-baik disana. Jangan macam-macam, pintar memilih teman dan jangan terjerumus pada hal-hal yang negatif. What? What's happening actually? Aku sempat bingung dengan perkataan Maam Ari saat itu.
Nah, akhirnya tibalah saat aku tes di Bandung. Dengan diiringi doa dari mama dan papa, aku percaya diri dan akan melakukan yang terbaik. Pas hari kedua tes, aku makan malam bersama temanku diluar STP Bandung. Yang membuat aku terkejut adalah, ada sebuah mobil keluar dari STP Bandung dengan banyaknya mahasiswa/i didalam mobil tersebut berteriak-teriak dan menyalakan lagu-lagu barat dengan sangat kencang. Sontak akupun langsung berpikir keras. Sekolah inikan Internasional, mana mungkin ada mahasiswa/i seperti itu disini. Akreditasinyapun A. Akkkkhhhh. Benar-benar membingungkan!
Setelah serangkaian tes kuikuti, akupun pulang kerumah bersama temanku Echa. Akupun berdoa pada Tuhan agar Ia memberikan rencanaNya yang terbaik bagiku. Tibalah saat-saat yang ditunggu. Aku membuka website resmi STP Bandung dan betapa terkejutnya aku bahwa aku tidak diterima. Padahal saat aku tes wawancara, para dosen-dosennya mengatakan bahwa mereka sangat puas dengan jawaban yang aku berikan, bahkan mereka mengatakan seperti ini "I really hope that I'll see you in my class. I'm sure. Can't wait to see you", kata salah satu dosen.
God, how could it be like this? Aku sangat sedih saat itu. Setelah itu, papa mengatakan bahwa aku tidak boleh bersedih, aku harus mencoba lagi dan lagi. Tuhan akan memberikan yang terbaik disaat yang tepat. Lalu akupun tidak patah semangat. Setelah berselang beberapa hari, papa menyarankan agar aku mengikuti tes SBMPTN. Aku sebenarnya ragu akan hal ini, karena aku bukanlah anak SMA dan aku tidak mengerti pelajaran SMA. Gimana ini??? Akhirnya akupun belajar dari buku kakakku yang memang anak SMA. Lalu, tibalah saat dimana aku akan melakukan tes. Sejujurnya aku tidak memiliki passion untuk mengikuti SBMPTN ini. Lalu saat pengumumanpun, aku tidak begitu excited. Yang excited malah mama -__-
Dan betul, aku tidak diterima. Again??? Ah, whatever! Akupun semakin malas untuk melanjutkan sekolahku ke universitas. Memang sih, aku tidak begitu tertarik untuk masuk PTN. Bagiku sama saja antara PTN maupun PTS. Semua kan tergantung diri kita sendiri. Yakan? Dan entah mengapa, teman-temanku yang mengikuti SBMPTN pun tidak ada yang diterima. Temanku mengatakan hal ini disebabkan karena kami adalah lulusan SMIP yang sudah siap untuk bekerja. Bukan melanjutkan ke PTN. Lalu, papa kembali menyarankan untuk mencoba PTS. Aduuuh, orang batak memang sangat ketat terhadap pendidikan. Awalnya mama menyarankan untuk mencoba Univ. Pelita Harapan (UPH), namun aku menolaknya karena alasan biaya. Tahukan biaya kuliah di UPH mahal bingits? Lalu, kakak menyuruhku untuk mencoba scholarship. Setelah searching-searching di mbah gugel aka Google, akupun memutuskan untuk mencoba University of New South Wales di Aussie, tepatnya Sydney. Namun kali ini papa tidak mengizinkanku untuk bersekolah di luar negeri karena faktor keamanan. Haduh...
Akhirnya, papa menyarankan untuk mencoba PTS di bilangan Jakarta Selatan. Jurusannya tinggal aku yang pilih, kata papa. Ok, aku akan mencoba. Lalu setelah memutuskan untuk mengambil Ilmu Komunikasi, aku berusaha agar kali ini aku diterima. Puji Tuhan, namaku ada dalam 30 list mahasiswa/i yang diterima. Dan saat itu pun aku bertekad untuk menjadi lulusan terbaik nantinya. Amin! Uang kuliah yang mahal, ongkos yang tidak sedikit, dan berbagai alasan lain membuatku bertekad untuk membayar semuanya dengan nilai yang bagus saat aku berkuliah disini.
Dan puji Tuhan, Ia mendengar doaku. Aku berhasil mendapatkan nilai yang menurutku LUAR BIASA saat semester 1 dan LUAR BIASA juga saat semester 2. Dan luar biasanya lagi, aku mendapatkan beasiswa. Horeeeee! Selain itu, aku juga menjadi suka menulis, membaca koran, tahu mengenai politik dan hukum, dan sederet kosakata positif lainnya. Hehehe. Akupun bertekad untuk terus berprestasi di universitas ini. Tapi parahnya, aku sekarang sudah lupa mengenai pelajaran yang aku pelajari di SMIP dulu :( Padahal susahnya minta ampun. Issue ticket, membuat tour package, dan guiding perlahan-lahan memudar dari otakku. Namun, tak apalah. Ketika Tuhan sudah memberikan rancangan dan jalanNya, Ia pasti akan memberikan yang terbaik. Aku percaya, semua orang memiliki porsi talenta dan kepintarannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menjalankannya, berusaha, dan berdoa.
Ya, awalnya aku memang bingung saat menentukan prospek kerjaku kedepannya. Namun aku yakin dan percaya, bahwa Tuhan akan MELUKISKAN masa depan yang terbaik bagiku. Seperti yang papa pernah bilang, kalau orang lain bisa pintar kenapa aku tidak? kalau orang lain hanya belajar sekali atau dua kali, aku harus tiga kali supaya bisa pintar. Mengapa tidak? Papa juga bilang bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik di saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Yaaa, intinya sih kita harus terus berusaha dan tidak pantang menyerah. Jangan putus asa dan serahkan hasilnya pada Tuhan. Isn't it?
Okeeeee, sekian yang dapat aku ceritakan. Oiya, yang dikatakan papaku tadi menjadi quotes dan peganganku hingga saat ini loh. Hohohoho. Tetap mencoba dan jangan pernah menyerah, because if you meant to be, then you will be!
Salam Sukses!
EV
Comments
Post a Comment